Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Partai Komunis China Larang Agama Buat Anggota, Bagaimana PKI?

Kamis, 13 Oktober 2022 | Oktober 13, 2022 WIB Last Updated 2022-10-13T02:58:28Z


HOTNASIONAL.COM, JAKARTA -- Partai Komunis China (PKC) melarang agama bagi anggota mereka dan tak percaya konsep ketuhanan. Lalu bagaimana dengan Partai Komunis Indonesia (PKI)?
PKC melarang anggotanya untuk percaya terhadap agama tertentu. Selain itu,PKC juga mengimbau anggota dan keluarganya tak berpartisipasi secara publik dalam acara keagamaan apapun.

 
Pada 2017 lalu, media resmi PKC memperingatkan anggota mereka agar tak percaya pada agama, dan menyebutnya sebagai "anestesi spiritual."

"Jika Anda ingin bergabung dengan Partai Komunis, atau Liga Komunis Muda, Anda harus mendeklarasikan diri Anda Ateis," kata sosiolog Kristen, Profesor Fenggang Yang, seperti dikutip ABC News.

Anggota PKC secara resmi menganut ateis atau sebutan untuk orang tak percaya akan adanya Tuhan.



Ateis di China bahkan menjadi bagian kurikulum dari sekolah dasar hingga tingkat perguruan tinggi.

Meski begitu, PKC mengakui lima agama di China. Agama itu di antaranya Buddha, Katholik, Taoisme, Islam, dan Protestan.

 
Terlepas dari aturan PKC, bagaimana kebijakan PKI soal agama bagi anggotanya?

Sikap Resmi PKI soal Agama
Menurut sejarawan Indonesia, Andi Achdian, PKI tak melarang anggotanya untuk memeluk agama tertentu.

"Tidak ada larangan seperti itu," kata Andi kepada CNNIndonesia.com, Senin (10/10) saat ditanya apakah PKI juga memiliki kebijakan yang sama dengan PKC soal agama bagi anggotanya.

Ia kemudian berujar, "Secara resmi PKI juga menyampaikan ucapan selamat hari raya [agama-agama] besar di Indonesia di setiap waktunya."

Ucapan semacam itu, bagi dia, bukanlah sebuah formalitas semata. Namun, memang murni sikap PKI, selain tak melarang anggotanya memeluk agama tertentu.

 
Ia lalu mencontohkan salah satu tokoh PKI yang beragama Islam.

Sekitar 1920-an, ada tokoh komunis kenamaan bernama Misbach. Ia memiliki gelar haji, dan merupakan Muslim yang saleh.

"H [Haji] Misbach merupakan Muslim yang saleh, dan juga sekaligus seorang komunis," ujar Andi lagi.

SelainMisbach, terdapat sejumlah tokoh-tokohPKI dari Provinsi Banten danSumatera Barat yang beragama Islam.

 
Di mata Andi, mereka adalah tokoh agama sekaligus tokoh komunis yang mempraktikkan kehidupan keagamaan dengan baik.

Di era 1960-an, lanjut dia, juga banyak tokoh PKI yang tetap menjalankan perintah agama yang dianut dan masih menjadi anggota.

"Tak ada masalah antara gerakan komunis di Indonesia dengan agama," ujar dia lagi.

Pidato DN Aidit Perihal Pandangan PKI soal Agama
Sementara itu, menurut sebuah laporan di Universitas Melbourne, PKI memiliki sikap ambivalen terhadap agama, dan tak sepenuhnya ateis.
Mereka bahkan mengakui Pancasila sebagai ideologi negara. Di mana, poin pertama berbunyi "Ketuhanan Yang Maha Esa."

"Orang-orang komunis mengaku dan menerima Pantja Sila, salah satu dari lima prinsip itu [adalah] Ketuhanan Yang Maha Esa, termasuk pengertian tidak boleh melakukan propaganda anti-agama di Indonesia," kata ketua PKI, DN Aidit, saat berpidato pada 1962 lalu, tujuh tahun setelah Indonesia merdeka.
 


Lebih lanjut, Aidit mengatakan pihaknya menerima konsep Pancasila karena komunis di Indonesia memang tak berminat melakukan propaganda anti-agama.

"Tetapi di sisi lain, komunis juga menuntut agama tak boleh dipaksakan kepada orang, karena ini tidak sesuai dengan perasaan kemanusiaan, perasaan nasionalis, tidak selaras dengan demokrasi dan keadilan," terang dia.

Tiga tahun usai pidato Aidit, muncul peristiwa 30 September 1965 atau G30S. PKI kemudian dituding jadi biang kerok pembantaian tujuh jenderal TNI Angkatan Darat untuk melakukan kudeta pemerintahan saat itu.

Pemerintah Orde Baru kemudian secara konsisten menyamakan komunisme dengan ateisme.


Anggapan ateisme PKI juga digunakan untuk membenarkan pelarangan kegiatan partai dan mengintensifkan semangat anti-komunis.

Salah satu Ulama di Indonesia, Nurcholish Madjid, sampai-sampai mengatakan ateisme diperlakukan sebagai musuh negara sejak 1966. Seseorang juga tak bisa mengaku sebagai ateis tanpa mendapat konsekuensi yang serius.

Lima puluh tahun kemudian, ateisme di Indonesia masih diasosiasikan dengan komunisme dan subversi.

Sumber : cnnindonesia.com

×
Berita Terbaru Update