HOTNASIONAL.COM, JAKARTA -- Sektor properti di China amburadul setelah banyak proyek dihentikan. Kepercayaan masyarakat bahwa real estate adalah investasi yang pasti untuk membangun kekayaan pun sirna.Terutamanya bagi kaum kelas menengah di China yang berjumlah 400 juta orang. Mereka, boleh dibilang, jungkir balik karena harus membayar kredit properti yang berjalan dengan kemungkinan bahwa rumah yang mereka biayai tidak akan pernah terbangun.Mengutip CNA, Selasa (26/7), Analis Bloomberg Intelligence Kristy Hung memperkirakan bahwa penghentian konstruksi di China mempengaruhi properti kolektif senilai 4,7 triliun yuan.Diproyeksi, sekitar 1,4 triliun yuan atau 1,3 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) Negeri Tirai Bambu itu dibutuhkan untuk menyelesaikan seluruh proyek.Ironisnya, banyak pemilik rumah di China yang bangunannya belum rampung terpaksa memangkas pengeluaran mereka, menunda rencana pernikahan, termasuk menunda keputusan besar lainnya.Peter, misalnya, melepaskan keinginannya membangun bisnis setelah pembangunan rumah bernilai 2 juta yuan atau 300 ribu dolar AS miliknya di Zhengzhou, Henan, terhenti oleh China Aoyuan Group. Ia terbebani dengan kredit rumah yang menggerus 90 persen dari pendapatannya."Saya mengerti setiap investasi memiliki risiko dan Anda membayar harga untuk pilihan yang Anda buat sendiri. Tetapi, pemilik rumah bukanlah orang yang harus disalahkan dan tidak seharusnya menanggung konsekuensi ini," katanya.
Peter adalah satu dari ratusan ribu pembeli rumah yang proyeknya terhenti karena perusahaan pengembangnya bermasalah. Orang-orang seperti Peter, yang kredit rumahnya apabila digabung bernilai 2 triliun yuan, di bawah pengembang kakap seperti Aoyuan dan China Evergrande Group.Diproyeksikan 70 persen kekayaan kolektif kelas menengah di China terikat di sektor properti dan mereka menolak membayar lebih lanjut yang menjadi ancaman bagi ekonomi dan stabilitas China.Saat ini, otoritas setempat tengah memutar otak untuk meredakan situasi dengan memberikan masa tenggang pembayaran pinjaman. Pemerintah daerah dan bank pun diminta turun tangan.Harga rumah di China turun selama 10 bulan berturut-turut, dengan penurunan pendapatan per kapita dalam lima kuartal belakangan. Sementara, utang rumah tangga China naik menjadi 61,6 persen terhadap PDB 2021. Angkanya melonjak drastis dibanding 2011 silam, yakni 27,8 persen.
Sumber : cnnindonesia.com